Penyakit Asma Dalam Perjalanan

Asma merupakan Proses inflamasi (peradangan) kronik pada saluran  pernapasan dengan tanda dan gejala yang bersifat periodik berupa mengi, sesak, napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam hari atau dini hari/subuh. Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi, derajatnya bervariasi dan bersifat reversible secara spontan maupun dengan atau tanpa pengobatan (GINA, 2023).

Bagi pasien dengan asma, penting untuk memeriksakan diri kepada dokter sebelum penerbangan untuk menentukan kelaikan terbang, mengatur dosis dan jenis obat-obatan yang dibawa, serta mempertimbangkan untuk membawa persediaan obat atau resep tambahan selama perjalanan termasuk obat-obatan pengendali asma dan obat-obatan darurat. Ini penting untuk memastikan bahwa pengidap asma dapat mengelola serangan asma yang mungkin terjadi selama perjalanan, sehingga tidak mengganggu kenyamanan dan keselamatan.

Sebagai bagian dari persiapan sebelum penerbangan, pasien dengan asma juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi mereka, seperti perubahan suhu, kelembaban udara, dan paparan alergen (debu, kecoa, bulu binatang, serbuk sari dari pohon, rumput, dan bunga, alergi terhadap makanan tertentu seperti asap rokok, asap pembakaran sampah, dan polusi udara, bahan kimia dalam produk rumah tangga dan kosmetik, wewangian dalam parfum)  atau produk lainnya. Persiapan ini membantu mengurangi risikoterjadinya serangan asma selama penerbangan.

Ilusitrasi gambar : Liputan 6.com

Pasien penyakit paru-paru yang akan melakukan perjalanan harus diperiksa  oleh dokter maupun dokter spesialis paru sebelum terbang, membawa  obat obatan dan memberi tahu maskapai penerbangan terlebih dahulu jika diperlukan perlakuan khusus dalam penerbangan nanti

Oksimetri nadi adalah tes skrining termudah yang dapat dilakukan. Sebelumnya seseorang dengan saturasi oksigen >95% saat istirahat dianggap tidak membutuhkan oksigen saat terbang. Pasien dengan saturasi istirahat saturasi istirahat <92% pada udara ruang  harus menggunakan oksigen tambahan selama penerbangan karena risiko hipoksemia lebih besar di ketinggian.

Spirometri biasanya direkomendasikan pada orang dengan gejala penyakit paru atau paru akut atau kronis. Ada beberapa prosedur yang digunakan untuk menilai kelayakan seseorang untuk terbang, yaitu tes berjalan .

Ilusitrasi gambar : CNN Indonesia

Pemeriksaan kondisi fisik serta riwayat penyakit sebelumnya yang mungkin menjadi risiko selama perjalanan perlu diketahui sebelum perjalanan dimulai . Tujuan wisata dan kegiatan selama wisata juga perlu diperhatikan. Apabila tujuan wisata ke daerah dengan padat penduduk dan banyak asap atau polusi yang banyak juga perlu diperhatikan pengaturan obat.

Pastikan membawa cukup obat-obatan asma yang diperlukan selama perjalanan. Ini termasuk obat pengendali asma harian dan obat darurat untuk mengatasi serangan asma yang tiba-tiba. Periksa ketersediaan obat-obatan dan pastikan bahwa mereka belum kedaluwarsa. Jika obat dalam bentuk inhaler, pastikan bahwa tabung inhaler masih memiliki cukup jumlah dosis. Diskusikan dengan dokter tentang rencana penggunaan obat-obatan selama perjalanan, termasuk dosis dan jadwal penggunaan yang tepat.

3,859

Share :

INFORMASI POPULER